PALU, Celebespos.com – Semakin mendekati hari pencoblosan pemilihan Walikota-Wakil Walikota Palu 2020, linimasa media sosial semakin sesak postingan hoaks, fitnah dan ujaran kebencian.
Para relawan dan pendukung sepertinya tidak punya etika dalam menuliskan dan menuangkan rangkaian kata mereka di medsos.
Perbuatan fitnah dan kebohongan yang sebenarnya dilarang keras oleh agama dan budaya seolah tak berarti oleh syahwat politik sesaat.
Seperti halnya yang disampaikan Abd. Rahman, ST.,IAI alias Umang yang didampingi, Abdillah tahir, habib baher Al – Habsi dan ismail dalam pertemuan dialog publik bersama para mahasiswa/i Kota Palu, yang dilangsungkan disalah satu Warung Kopi (Warkop) di Jalan Lasoso, pada Rabu (4/11/2020) malam.
Umang menilai, fenomena ini bukan persoalan baru dalam kontestasi demokrasi di negeri ini.
Kelakuan buruk para pendukung kandidat ini sudah menjadi persoalan sejak beberapa tahun belakangan atau sejak Facebook mulai booming sebagai platform media sosial di Indonesia.
Namun semakin kesini dan semakin hari, bukan semakin meredah dan teratasi tetapi malah semakin brutal dan tidak terkontrol.
Kita masih ingat bagaimana linimasa medsos pada pilpres tahun lalu, sempat menjadi arena pertempuran hoaks, fitnah dan ujaran kebencian para pasukan ciber pendukung masing-masing calon.
Memang situasi Pilwalkot Palu berbeda dengan Pilpres ditahun kemarin, skalanya pun kecil, tidak sepanas Pemilu Presiden. Namun, fenomena itu sedang terjadi saat ini. Sedikit banyak akan menunjukan permasalahan psikologis, sosial dan keamanan.
Olehnya itu diperlukan kesadaran dan kepedulian semua pihak untuk menjaga suasana pilkada calon Walikota-Wakil Walikota Palu untuk tetap kondusif, terutama aktivitas para pendukung pasangan calon di media sosial.
Para kandidat juga harus pro aktif dalam mengedukasi pendukungnya, agar lebih santun dan dewasa dalam bermedsos.
Ditempat yang sama Ismail yang juga mendampingi Umang pada dialog tersebut, mengatakan bahwa pemanfaatan isu SARA dalam politik dapat mencederai nilai toleransi yang sudah terbangun di masyarakat Kota Palu.
“Tidak ada tempat bagi penganut SARA di Kota Palu, kegiatan politik semacam itu justru mencederai nilai-nilai toleransi yang kita anut bersama,” ujar Ismail,
Ia mengimbau untuk bersama-sama mengingatkan kepada masyarakat agar menghindari penggunaan isu SARA, khususnya pada Pilkada Walikota Palu yang berlangsung pada 9 Desember 2020 mendatang.
“Konstitusi kita mencatat, kita punya kesempatan yang sama dalam hal dipilih dan memilih. Jauhkan politik SARA dari pikiran kita dan perbuatan kita, keberagaman ini bukan hanya berhenti pada sekedar wacana. Namun, mahasiswa juga menjadi garis terdepan, membuktikan praktis secara konkret bahwa harmonis dan keragaman mesti dituangkan dalam kenyataan kehidupan sehari hari,” pungkas Ismail
Terpisah, Angga, yang merupakan Ketua Tim Media Center H2P pada media ini menambahkan, bahwa jika upaya edukasi tidak dilakukan atau tidak merubah perilaku mereka, maka melaporkan penyebar fitnah, kebencian dan SARA ke pihak berwajib adalah solusi yang paling tepat dan efektif untuk membuat efek jera dan meredam suasana panas di Medsos.(Kar)