VIDEO

Pemuda di Palolo Ini Miliki Penangkaran Anggrek Endemik Lore Lindu

1113
×

Pemuda di Palolo Ini Miliki Penangkaran Anggrek Endemik Lore Lindu

Sebarkan artikel ini

SIGI, Celebespos.com – Sardin (34 tahun) tidak pernah menyangka jika hari ini, Jumat 23 September 2022, bakal berdiskusi dan menaruh harapan lebih pada apa yang digeluti dan dijaga sejak tahun 2004.

Sehari sebelumnya, Sardin telah mendapat informasi bakal kehadiran tamu dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI yang ingin melihat penangkaran anggrek endemik Lore Lindu miliknya. Namun setelah bertemu langsung, Sardin terkejut karena yang dimaksud tamu adalah Kepala Pusat Litbang Horti Balitbangtan dan dari Balai Tanaman Hias Balitbangtan Kementan RI.

Tapi yang tidak kalah terkejut adalah rombongan tamu yang datang. “Wuiiiih ini tanaman yang belum ada di kita. Belum terdata lagi,“ kata Muh. Thamrin dari Balai Tanaman Hias, Jumat (23/9/2022) waktu setempat.

Apalagi saat Sardin dengan lancar dan lugas menjelaskan satu persatu spesies yang ada di tempatnya. Pengetahuan Sarden bukan datang serta merta, namun terjadi berkat pendampingan yang dilakukan kepada para peneliti berbagai lembaga dari benua Eropa dan Asia yang berulang kali hadir di tempatnya, Desa Karunia, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, kurang lebih satu jam jika ditempuh menggunakan kendaraan roda empat dari Kota Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah.

“Dari tahun 2004 saya mulai mengajak masyarakat untuk melestarikan tanaman anggrek, tapi nanti tahun 2015 baru mulai terlihat hasilnya. Anggrek hutan kita ini jenisnya 80-an berasal dari kawasan Biosfeer Lore Lindu. Apa yang dilakukan kami selama ini adalah bagaimana agar species yang ada tidak punah, karena selama ini banyak yang main ambil dari dalam kawasan tapi mereka tidak mengerti cara merawat jika berpindah dari lingkungan hutan. Bayangkan jika dibawa ke Palu bahkan keluar daerah lalu mati, kasian sekali,“ jelas Sardin.

Sardin kemudian menjelaskan model budidaya yang dilakukannya selama ini.

“Budidaya yang kami kembangkan selama ini adalah meminjam indukan dari dalam kawasan, lalu kami kembangkan. Setelah berhasil, indukannya kami kembalikan ditempat asalnya. Karena itu kami selalu bertanya jika ada yang menginginkan anggrek dari tempat kami apakah sudah pernah memelihara anggrek, terutama anggrek hutan. Karena merawat anggrek hutan butuh keahlian khusus dan keseriusan, beda dengan anggrek sintetis,“ ungkapnya.

Dari diskusi ditempatnya, rombongan yang datang hari ini sepakat jika Sardin adalah champion dibidangnya dan di tempatnya. Karena selain membudidayakan tanaman Anggrek, Sardin juga merangkul anak muda kaum perempuan di desanya untuk ikut dalam gerakannya.

“Ok, kalau begitu apa yang dirasa menjadi kebutuhan Sardin ? Karena hampir semua aspek sudah dilakukan. Tapi yang paling penting adalah bagaimana membuat endemik disini tercatat dan terdokumentasi dengan baik dan benar,“ kata Taufik Ratule dan Moh. Thamrin.

Pelatihan dalam arti luas yang tidak saja menularkan kultur jaringan, tapi menghadirkan kader-kader baru yang bisa mempunyai pengetahuan mumpuni tentang tanaman Anggrek menjadi harapan Sardin.

“Ok, kita upayakan pelatihan ditempat ini. Tapi kita juga berharap Sardin dan beberapa rekannya bisa ke Bogor untuk mendapat wawasan lebih bagaimana mengembangkan dan manajerial komoditas sejenis di tenpat kita di Bogor“. tandas Taufik Ratule dan Moh. Ismail. (Kar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *