KESEHATAN

25 Desa di Sigi Jadi Lokus Penanganan Stunting

1643
×

25 Desa di Sigi Jadi Lokus Penanganan Stunting

Sebarkan artikel ini

SIGI, Celebespos.com – Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi, tetapkan 25 desa menjadi lokasi fokus (lokus) penanganan kasus stunting.

“Penanganan kasus stunting ini menjadi satu prioritas pemerintah Kabupaten Sigi,“ kata Bupati Sigi, Mohamad Irwan pada Rabu (16/3/2022).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi, 25 desa yang ditetapkan sebagai lokus penanganan stunting terdapat di sembilan Kecamatan meliputi Sigi Biromaru, Nokilalaki, Palolo, Dolo, Dolo Barat, Dolo Selatan, Marawola Barat, Kulawi dan Gumbasa.

Bupati Mohamad Irwan mengatakan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia dibawah lima tahun, akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kelahiran.

“Kondisi ini dapat dilihat dari panjang atau tinggi badan di bawah standar anak seumurannya. Komitmen penanganan stunting tentunya merupakan program yang diseriusi dan komitmen bersama seluruh unsur terkait,” ujar Irwan.

Ia pun meminta kepada Dinas Kesehatan Sigi beserta OPD lainnya, sama-sama saling bersinerji dalam hal penanggulangan stunting.

“Keberhasilan penanganan stunting di Sigi berkat komitmen lintas sektor dari beberapa OPD Pemkab Sigi. Apalagi penanganan stunting merupakan prioritas program Nasional,“ sebutnya.

Strategi nasional percepatan penanganan stunting, lanjut Bupati, menetapkan beberapa Kabupaten wilayah prioritas penanganan pada tahun 2021, dan merencanakan perluasan penanganan secara bertahap sampai dengan seluruh Kabupaten/Kota tertangani pada 2022.

“Tentunya juga ini sebagai tindak lanjut analisis lokasi yang memerlukan prioritas penanganan dan analisis intervensi layanan yang memerlukan prioritas penanganan. Maka kami telah menetapkan lokus untuk penanganan stunting di Sigi,“ ungkapnya.

Sementara BKKBN Perwakilan Sulteng menyatakan berdasarkan data Status Survei Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Sulteng berada di peringkat kedelapan secara Nasional, dengan angka kekerdilan tinggi prevalensi sebesar 29,7 persen. Begitu pun dengan angka “wasting” sebesar 9,4 persen, yang menggiring Sulteng masuk dalam kategori gizi akut kronis.

Untuk angka kekerdilan di Kabupaten Sigi pada tahun 2019 dimana anak usia 0-23 bulan sebesar 20,2 persen dan pada 2020 terjadi penurunan menjadi 16,6 persen, dan tahun 2021 turun lagi menjadi 14,4 persen. (Kar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *